Analisis Siklus Bisnis pada Transfer Pricing Cases.
Istilah Siklus Bisnis sering digunakan pada analisis transfer pricing perusahaan, Penggunaan multiple years data juga mempertimbangkan adanya siklus bisnis sehingga perlu diambil nilai tengah atas kinerja suatu perusahaan.
Siklus Bisnis (SB) didefinisikan oleh Michell et Al. sebagai jenis fluktuasi yang ditemukan pada aktivitas ekonomi negara yang dikelola pada umumnya pada bisnis perusahaan. Suatu siklus yang terdiri dari ekspansi, diikuti resesi umum, kontraksi dan kebangkitan yang dapat terjadi bersama ekspansi dari siklus berikutnya. Urutan ini terjadi berulang tapi tidak periodik dengan durasi bervariasi lebih dari satu tahun, 10 hingga 12 tahun.
Siklus Bisnis (SB) didefinisikan oleh Michell et Al. sebagai jenis fluktuasi yang ditemukan pada aktivitas ekonomi negara yang dikelola pada umumnya pada bisnis perusahaan. Suatu siklus yang terdiri dari ekspansi, diikuti resesi umum, kontraksi dan kebangkitan yang dapat terjadi bersama ekspansi dari siklus berikutnya. Urutan ini terjadi berulang tapi tidak periodik dengan durasi bervariasi lebih dari satu tahun, 10 hingga 12 tahun.
Pengangguran dapat diakibatkan oleh gangguan fisik seperti kecelakaan produksi, kesulitan transportasi, atau interupsi impor bahan baku yang mengakibatkan ditutupnya proses manufaktur. Fluktuasi yang dimaksud pada SB adalah fluktuasi yang tidak berhubungan langsung dengan "penyebab fisik" namun secara umum berhubungan dengan fluktuasi pada aggregate expenditure atau sering disebut dengan 'effective demand' dalam hubungannya dengan tingkat harga.
Faktor penentu dari SB pada dasarnya adalah sebagai berikut:
1) Exogenous factors: Penemuan dan Inovasi (Teori Schumpeter)
2) Perang dan/atau isu politik.
3) Technological facts: the durability of instruments, high capital-output ratio
4) The expectational behavior of entrepreneurs, Pigou's waves of optimism and pessimism.
5) Credit mechanism and banking policy.
6) Propensity to consume and its fluctuations.
Ada juga satu faktor yang masih perlu dicari kembali literatur pembahasannya namun secara ognitif sangat berpengaruh, yaitu faktor psikologis. Faktor psikologis ini dapat dihubungkan dengan Teori Behavioral yang sudah banyak pula menjadi penelitinya. Sebagai contoh, bahkan ekonomist pun dalam pengaruh masa siklus yang terjadi pada masanya. Selama masa "Great Depression", mayoritas teori Keynes mengacu pada tahap depresi masa perang dan setelah perang.
Elemen paling penting dari seluruh siklus proses, selain dari fakta perubahan teknologi pada produksi adalah investasi digerakkan oleh perubahan pada sistem karena investasi ditentukan oleh motif laba dan ekspektasi. Jika investasi dilakukan dengan kerangka jangka panjang, maka situasi kemungkinan akan sangat berbeda. Dan konsisten dengan hal ini, maladjustments dapat terjadi pada saat terjadi boom economy.
Jika merujuk pada literatur yang ada, dapat ditemukan tiga pemikiran atas masalah ini. Yang pertama, penekanan terhadap real disequilibrium atas pengecualian deflasi; kedua, pemikiran yang melihat esensi depresi pada deflasi umum dan percaya jika ada disekuilibrium, akan dapat diatasi jika permintaan efektif tetap dijaga. Ketiga, pemikiran yang menekankan kedua aspek dan meyakini tidak boleh mengabaikan satupun dari kedua bagian itu.
Di sisi lain, ekonomi yang terencana tidak akan membiarkan depresi umum berkembang, dan jika depresi ini akan mengancam sektor swasta, ekonomi terencana akan mengambil posisinya untuk secara aktif melawan.
Dari artikel ini, kita dapat lihat dalam memberikan analisis siklus bisnis, kita dapat memperhatikan informasi terakhir dari perusahaan. Apakah perusahaan baru saja menerapkan suatu teknologi baru yang memungkinkan laba yang lebih tinggi. Kalau ya, maka ada kemungkinan untuk tahun APA yang dilingkup harus mempertimbangkan kenaikan produktivitas dan laba perusahaan yang diakibatkan oleh penggunaan teknologi atau inovasi tersebut. Hal yang sama dapat dilakukan atas faktor lainnya pula.
Dari artikel ini, kita dapat lihat dalam memberikan analisis siklus bisnis, kita dapat memperhatikan informasi terakhir dari perusahaan. Apakah perusahaan baru saja menerapkan suatu teknologi baru yang memungkinkan laba yang lebih tinggi. Kalau ya, maka ada kemungkinan untuk tahun APA yang dilingkup harus mempertimbangkan kenaikan produktivitas dan laba perusahaan yang diakibatkan oleh penggunaan teknologi atau inovasi tersebut. Hal yang sama dapat dilakukan atas faktor lainnya pula.
Comments
Post a Comment