Residual Profit Split Method pada TP Analysis
Atasan saya baru-baru ini meminta saya untuk menggunakan residual Profit Split Method atas kasus TP yang sedang saya tangani.
Kalau dari sekilas pengertian, saya mengerti bahwa yang dimaksud disini adalah alokasi laba berdasarkan fungsi dasar terlebih dahulu, baru kemudian sisanya di split ke kedua entitas yang dianalisis.
Namun kemudian muncul pertanyaan, basisnya apa? Sisa yang dari mana? Atas penggabungan laba yang mana? Informasinya tersedia? Sehingga saya melakukan pencarian singkat sebagai berikut.
Kedua variasi dalam PSM terdiri dari residual PSM maupun yang PSM biasa didasarkan pada kontribusi pihak-pihak atas gabungan laba atau rugi operasi atas aktivitas bisnis yang dianalisis. Comparable PSM (terminologi US) mengevalusi profitabilitas transaksi dalam acuan ke CUT. Jika CUT tidak ada, maka residual PSM digunakan.
Nah, disini saya mulai ragu dalam aplikasi residual PSM, karena tidak ada analisis CUT sebelumnya. Memang, kalau pencarian CUT dilakukan, akan sedikit sulit memperoleh informasinya. Tapi kesulitan memperoleh informasi ini sama saja dengan analisis TP jika menggunakan residual PSM. Lagipula, kasus yang saya tangani ini didasari pada argumentasi bahwa perusahaan distribusi di Indonesia memiliki marketing intangible sehingga harus di split profitnya dengan Singapur, karena perusahaan Singapura dikatakan sebagai brand owner (konsep bos saya).
Tapi kemudian untuk data segmentasi L/K Perusahaan Singapur ke perusahaan Indonesia untuk menentukan laba rugi gabungan, bagaimana pak? Beliau cuman menjawab nanti Singapur yg menyediakan datanya. Eng Ing eng..
Kalau menurut saya, karena yang menjadi argumentasi awal adalah marketing intangible, maka inilah yang seharusnya diperkuat dengan bukti. Dan jika memang terbukti bahwa si perusahaan Indonesia memiliki marketing intangibles (dapat dibuktikan dengan bright line test), maka margin labanya seharusnya lebih tinggi dari rerata distributor normal hasil analisia pembanding.
Jadi menurut saya (again), sejalan dengan yangg disampaikan artikel sebelumnya, RPSM digunakan jika CUT tidak tersedia. Lah, CUT tidak tersedia itu kalau dia unique intangible. Marketing intangible memangnya sekelas dengan unique intangible?
Mari kita lanjutkan pembahasan artikel ini atas PSM.
RPSM mencoba mengalokasikan pendapatan dan beban terkait aktivitas bisnis antara pihak afiliasi dengan struktur metodologi yang akan dijelaskan berikutnya.
Tingkat perincian yang dibutuhkan untuk RPSM sangatlah perlu terutama untuk aktivitas bisnis yang melibatkan beberapa vendor dan beban yang ditanggung bersama.
Pada dasarnya PSM mengevaluasi apakah alokasi laba atau rugi gabungan yang diatribusikan atas satu atau lebih transaksi afiliasi adalah wajar dengan mengacu pada nilai relatif dari kontribusi masing-masing pihak kepada laba rugi kombinasi tersebut. Laba rugi gabungan harus diambil dari aktivitas bisnis yang paling sempit dari pihak afiliasi dimana data tersedia.
Pembagian laba dan rugi yang pantas.
Nilai relatif dari kontribusi masing-masing pihak kontribusi atas kesuksesan aktivitas bisnis relevan harus ditentukan dalam cara yg mencerminkan fungsi yang dilakukan, risiko yg dikelola dan sumber daya yang digunakan. Alokasi seperti ini bertujuan untuk menyesuaikan pembagian laba atau rugi dari pihak independen, yang masing-masingnya melakukan fungsi sama dengan aktivitas bisnis pihak afiliasi.
Laba yg dialokasikan ke salah satu pihak tidak harus terbatas pada total laba grup atas aktivitas bisnis relevan. Sebagai contoh, di tahun 20xx, salah satu anggota group memperolah laba sementara anggota lain mengalami kerugian. (to be continued, metode alokasi PSM USA)
Comments
Post a Comment