TPM (III, selesai)

Pemilihan PLI menjadi hal yang sangat penting dalam negosiasi APA, dimana pemilihan PLI harus sesuai dengan fakta dan keadaaan sebenarnya. Berikut, beberapa PLI yang mungkin digunakan:

Hybrid PLI

Dalam beberapa kasus, satu PLI dapat bertransformasi ke PLI lainnya, yang disebut dengan PLI Hybrid. Yang paling sering terjadi adalah transformasi dari PLI operating margin yang kemudian di-hibrida-kan ke arah PLI gross margin.

Misal, analisis data pembanding dengan PLI operating margin telah dilakukan. Kemudian beban operasi tested party dalam persentase penjualan ditambahkan ke masing-masing marjin operasi data pembanding, untuk melihat apa yang terjadi pada gross margin data pembanding jika memiliki beban operasi yang sama dengan tested party.

Kenapa PLI hybrid ini digunakan? Ini mungkin terjadi karena WP ingin menggunakan PLI gross margin untuk menambahkan risiko pada tested party yang hanya menggunakan operating margin.

Contoh lain, rekan negara P3B mungkin keberatan atas penggunaan PLI OM karena tested party dijamin akan untung sementara entitas terkait mengalami kerugian. Disisi lain, rekan P3B tersebut juga menyadari bahwa penggunaan gross margin tidak reliable sehingga diambil jalan tengah dengan menggunakan PLI hibrida.

Yang menjadi pertimbangan lainnya, seringkali tidak diketahui persis apakah data pembanding mengelompokkan pengeluarannya ke COGS atau ke operating expenses, sehingga PLI hibrida ini dianggap sebagai jalan tengah.

Profit Split

PSM lebih sering digunakan saat kedua pihak yang memiliki hubungan istimewa memiliki harta tak berwujud tidak rutin yang bernilai dimana data pembanding yang andal tidak tersedia. Jika seluruh “nonroutine intangible” hanya dimiliki oleh satu pihak saja, maka pihak sisi lain akan digunakan sebagai ”benchmark”.

Jika hanya mengalokasikan laba rutin akan mengimplikasikan bahwa entitas tersebut hanya sebagai “service provider”, sebaliknya PSM akan memberikan implikasi bahwa entitas tersebut sebagai bagian yang mengambil risiko atau rekan joint-venture.

Pada konteks bilateral, pendekatan profit split terkadang membuat kesepakatan lebih mudah karena masing-masing negara, dengan berbagi laba non-rutin, dapat merasa memperoleh bagian atas kegiatan yang dilakukan di negaranya.

Bagian dari metode ini disebut juga dengan residual profit split, dimana entitas yang dikendalikan diberikan bagian laba rutin terlebih dulu berdasarkan analisis TNMM, sisa laba atau rugi di timbang menjadi nonroutine intangible.

Jika beban yang dikeluarkan oleh masing-masing entitas adalah “relatif konstan sepanjang waktu” dan masa guna dari intangible property masing-masing entitas adalah mirip, maka jumlah beban yang dikeluarkan pada tahun-tahun akhir dapat digunakan untuk memperkirakan nilai relatif dari kontribusi entitas atas intangibles.

Beberapa APA menggunakan faktor berdasarkan aset operasi dan beban operasi tertentu untuk penghitungan profit split ini.

Kapitalisasi Pasar


Metode kapitalisasi pasar mengambil nilai untuk perusahaan yang memberikan intangibles dengan memulai nilai total perusahaan berdasarkan harga sahamnya. Nilai total ini dikurangi dengan intangibles perusahaan saat dikeluarkan dengan memperkirakan nilai buku dari intangibles tersebut. Metode ini dapat dikategorikan sebagai CUT juga.

Perlu diingat dalam melakukan analisis, bahwa sebenarnya pasar Indonesia merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan keterlibatan bisnis perusahaan multinasional. Indonesian market is the big gorilla, begitu kata beberapa pengamat ekonomi transfer pricing. Perusahaan MNC tidak akan sanggup bersaing jika tidak masuk ke pasar Indonesia. Dari sisi kebijakan pajak, mungkin dapat memberikan fasilitas khusus yang menyamakan fasilitas perpajakan dengan yang diberikan oleh Singapura, jika perusahaan tersebut memindahkan fungsi perusahaan Singapura ke Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Buku Acara: Ibadah Mengenang Satu Tahun Berpulang ke Surga

Berry Ratio dan penggunaannya

BEPS Inclusive Framework, the urgency for developing countries